July 16, 2013

Adieu?

-Tulisan ini akan dibuat dalam bahasa Indonesia saja ya :)-

Jadi, mengapa judul tulisan ini Adieu?
Adieu dalam bahasa Perancis bermakna perpisahan.

Bukan, tulisan ini bukan sebuah tanda perpisahan, malah mungkin ini adalah sebuah tanda pembaharuan, revolusi (atau mungkin evolusi) diri saya dalam menulis? Semoga.

Sesungguhnya tulisan ini bermula dari sebuah memori acak di otak saya tentang kicauan saya di media sosial Twitter, bunyinya kira-kira begini:

"Untuk apa kita bertemu, kalau pada akhirnya kita akan terpisahkan..." #randomthought

Kalau tak salah ingat, pikiran ini muncul saat saya sedang berada di kamar mandi (yup, kamar mandi memang tempat merenung paling maksimal so far),
setelah beberapa kali saya menyaksikan perpisahan dari dua atau lebih orang yang saling mencintai (bukan hanya pacar atau pasangan, tapi juga orang tua dan sebagainya)

Saat itu, saya belum punya jawaban rasionalisasi atas pernyataan retoris random otak ini.
Saat itu, secara naif, mungkin saya lebih banyak menyalahkan siklus hidup dan rentang waktu, yang tanpa tedeng aling-aling bisa mengambil paksa jiwa raga seseorang yang kita sayangi.

Yah, saat itu.

Setelah terjadi lompatan dan lecutan dimensi dalam beberapa bulan (#lebay), semakin banyak kisah yang masuk ke bagian girus otak yang mengatur kendali berpikir dan juga memori saya (entah apa namanya)

Beberapa kisah, dimulai dari kisah picisan dalam sinema elektronik, kisah angan-angan pikiran saya tentang kehilangan, kisah Cory Monteith dan Lea Michele (so sad for them, really) hingga kisah sedih dari teman saya yang harus kehilangan ayahnya.

Di sini, lagi-lagi pikiran itu muncul, "untuk apa kita bertemu jika akhirnya harus dipisahkan?"

Melihat kicauan seorang anak perempuan yang mencoba struggling dari keadaan kehilangan, berpisah
Bukan sebuah hal yang mudah, percayalah.

Permintaannya untuk kembali ke waktu lampau, keinginan besarnya untuk bertemu lagi (walau mungkin kita tahu bahwa semua akan berpisah lagi) dan juga pergulatannya untuk menerima dan bersikap positif akan kehilangannya.

Semua itu mengaduk otak saya ini untuk mencoba menyimpulkan jawaban rasionalisasi atas pernyataan retorik itu.

Logikanya, dunia ini, hidup ini semuanya fana, tidak kekal.
Tidak ada yang bisa kita bawa, kaum manusia, dari awal proses fertilisasi kita hingga proses dekomposisi protein tubuh ini.

Begitu pula sebuah perjumpaan, pasti harus kita akhiri dengan adieu, oleh karena keharusan atau karena waktu.

Dari semua prolog yang ada di atas, akhirnya ada beberapa jawaban ngeyel dan ngelantur yang terpikirkan:
  1. Berpisah itu mengajarkan kita arti keikhlasan, menerima dan menyadari bahwa hidup itu sementara dan tidak kekal adanya
  2. Berpisah setidaknya menahan kita untuk tidak terlalu terkekang dengan keduniawian cinta?
  3. Berpisah menandakan sebuah akhir dan mungkin juga sebuah awal untuk pertemuan baru (yah, walaupun ini terlihat seperti siklus setan)
  4. Berpisah itu setidaknya menyadarkan kita untuk selalu bersikap baik, menghargai, mencintai dan menyayangi orang terdekat kita karena tak ada yang tahu kapan waktu akan memisahkan kita
  5. Berpisah itu membuat kita menghargai sang waktu?
  6. Berpisah itu bertemu yang tertunda?!
  7. Berpisah itu menguatkan kita akan akibat proses kehilangan karena berpisah bisa menimbulkan sensasi nyeri yang amat sangat
  8. Berpisah itu kadang bukan berarti kita tidak bertemu lagi, walau memang paling sering kita tidak akan bertemu lagi (atau kalau menurut berbagai sinetron dan sebagainya, kita bisa bertemu lagi di Surga ataupun Neraka, terserah kita)
Ya, kalau menurut saya, berpisah itu sebuah proses indah, bagian dari siklus hidup yang mau tak mau harus kita alami nantinya.
Kita mungkin akan berkompetisi dengan waktu dan diri sendiri.

Menghindari perpisahan? Rasanya sulit dan cenderung tak mungkin.
Mempersiapkan perpisahan? Tentu, inilah yang harus kita lakukan.

Seburuk-buruknya perpisahan itu,
There's a good in goodbye, but there's a hell in hello.

Beranikah kita untuk menghadapi perpisahan? Sudah layak dan sepantasnya.
Sudah siapkah kita menemui situasi berpisah? Tak ada yang tahu jawabnya.

Adieu!