March 23, 2011

Analogi Pensil dan Matematika

Hmm, jadi sebenarnya saya mendapatkan isi posting ini pada saat saya pergi ke vihara di hari Minggu yang lalu di mana seorang bhikkhu berkata tentang dua hal ini... Sebenarnya, perkataan ini bukanlah inti ceramah hari itu, tapi entah mengapa dua hal ini sangat membekas di hati saya... Hahaha.... Kata-kata ini diutarakan oleh Bhante Kamsai (mudah-mudahan tidak ada kesalahan pengejaan)...

Pertama-tama, ia mengatakan bahwa pensil adalah alat tulis yang pintar... Mengapa? Karena si pensil ini memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan alat tulis lainnya...
Dengan pensil, kita bisa menulis banyak hal, tapi ketika kita sudah kehilangan ketajaman, kita bisa merautnya dan menajamkannya, akhirnya kita bisa menulis kembali... Begitu pun ketika pensil itu patah seperti semangat kita, kita bisa membangkitkannya kembali dengan rautan...
Kehebatan lainnya? Ketika kita salah, pensil sudah menyediakan alat bantu penghapus di bagian ekornya, begitu pun kita salah dalam hidup, kita bisa mengingat bahwa kita harus menghapusnya dan juga memperbaikinya menjadi lebih baik lagi...

Luar biasa bukan pensil itu...


Selanjutnya adalah tentang matematika, ilmu ini sangatlah luar biasa karena mengajarkan kita tentang hidup dari operator-operator aritmatikanya, (+, -, x, dan /)
Ada banyak makna yang tersimpan di dalamnya, seperti:
Ketika sedang bersedih, merugi, ingatlah bahwa dalam matematika ada tanda kurang (-)
Ketika sedang senang atau beruntung, ada tanda tambah (+)
Ketika sedang senang luar biasa atau untung luar biasa, ada tanda kali (x)
Terakhir, ketika kita sedang rugi luar biasa, di sanalah kita menemukan tanda bagi (/) --> di sini kita juga belajar untuk berbagi mungkin (ini interpretasi pribadi saya)

Lagi-lagi, luar biasa bukan?!


Di sini, saya hanya ingin berbagi tentang hal-hal yang saya dapat beberapa hari yang lalu dan mengajak kita semua untuk lebih menyadari intrik-intrik kehidupan dengan analogi-analogi sederhana dari benda-benda di sekitar kita...

Jadi, bisa dilihat 'kan betapa menariknya pensil dan matematika itu??

March 17, 2011

Hey, It's Enough...

Yeah, I come back for writing in a blog... Write, write, and write...

Hmm, ada baiknya post ini saya tulis dalam bahasa Indonesia (baca: malas banget untuk nulis dalam bahasa Inggris)... Haha... Yupz, judul ini saya buat karena benar-benar dengan amat sangat mendeskripsikan diri saya dalam minggu-minggu terakhir ini, banyak hal yang sudah terjadi dalam hidup saya ini (LEBAY!!!)

Hmm, jadi minggu lalu itu adalah minggu ter-hectic yang pernah saya rasakan sampai saya akhirnya untuk pertama kali nangis (baca: malu) di depan umum karena lelah menghadapi semua beban yang terasa... Yupz, jadi minggu lalu, entah kenapa saya berkutat dengan banyak hal, mulai dari sisi akademis saya di sebuah kampus ternama di kota metropolitan ini (yang sangat-sangat tidak sesuai harapan) ditambah dengan tugas-tugas organisasi yang ada (baca: ini sich jelas ketengilan saya sendiri yang ikut banyak organisasi di kampus; mungkin akan berkurang dech... :p) dan juga kadang situasi rumah yang kurang kondusif...

Jadi, kemarin2 itu, ada:
1. Nilai sumatif (baca: ujian) 1 yang tidak sesuai harapan --> sebenarnya sich, saya ga' peduli2 amat sama nilai ini, tapi lumayan nge-BETE-in saat teman2 nanya, "Berapa, Ka, nilai loe?"
2. Tugas AMSA --> bikin bulletin dan E-Club --> terus malah dimarah-marahin dan merasa tidak dihargai hasil kerja saya --> DI SINILAH LOKASI SAYA MENANGIS... Bravo.. Bravo..
3. PePer --> gathering organisasi LPP, di mana saya jadi ketuanya... Hmm, ternyata semua itu melelahkan
4. Persiapan sumatif 2 --> Hmm, sumpah, ini sangat amat menyita perhatian saya (Walaupun akhirnya, hasilnya ujian di Kamis yang indah pun membuat saya terkulai lemas)
5. Sosialisasi di kampus tercinta ini --> Entah, saya tidak pernah merasa nyaman sampai sekarang, mudah-mudahan pepatah "Time will prove it" akan berlaku (Aminn!!)
6. Ujian piano grade 7 --> di mana saya belum bisa bermain dengan apik hingga H-3 ujian.. #sangatmenyeramkan...
7. dan kayanya masih banyak lagi (ini lebay!!)

Tapi, setelah hari ini, saya semakin terfokus untuk membangun relasi entah intra kampus ataupun ekstra kampus... Tak tahu mengapa, tapi menurut saya hal ini sangat seru dan akan membantu saya, tapi untuk memulainya sangat sulit, baik dari mana harus memulai dan bagaimana memulainya...

Okay, it's the time for me to say, Hey, Enough... Haha... Intinya, mungkin saya harus bisa fokus, di mana tujuan hidup saya mengarungi bahtera kedokteran ini (apa coba ini?!)... Terus, saya harus bisa bangun dari mimpi dan mencoba untuk sedikit realistis pada kemampuan diri saya (mental, fisik, hati, perasaan... :D) sehingga saya bisa lebih sadar untuk memilih jalan hidup terbaik saya... :p

Dengan kata lain, impian yang belum terwujud itu bukan berarti tidak bisa terwujud, tapi pasti ada waktunya untuk kita bisa mendapatkan impian itu... Kalaupun tetap tidak bisa, bukan berarti kita gagal, tapi mungkin saja itu bukan daerah yang harus kita eksplorasi...

Yang penting, percaya pada diri sendiri, tapi tetap coba dengarkan kata-kata orang lain... :p

Hey, It's Enough I think...

March 3, 2011

Maaf dan Terima Kasih

Yupz, entah lagi-lagi saya mencoba menulis sebuah posting dari apa yang sedang saya pikirkan saat ini atau beberapa jam yang lalu... Tiba-tiba, entah mengapa, secara kebetulan dan bak disambar petir, saya memikirkan dua kata ini...


Maaf dan Terima Kasih...


Dua kata ini sedikit menggelitik hati saya, dua kata yang saya anggap penting untuk saat ini... Mungkin semua orang sudah mengerti akan fungsi dan makna dari kata-kata ini. Sekali lagi, entah darimana asalnya, saya berpikir dua kata ini adalah kata kunci bagi saya untuk menggenggam masa depan saya..

Kata "MAAF", kata yang sebenarnya sangat penuh makna dan sakral adanya. Kata yang tidak boleh seenaknya saja diumbar ke semua orang (sehingga akhirnya muncul kalimat "Kalau ada MAAF, buat apa ada penjara??"). Kata ini memiliki kekuatan magis untuk membuat orang yang merasa tersakiti karena ulah kita menjadi jauh lebih baik dan jauh lebih nrimo... Namun, sekarang kata ini terlalu sering diucapkan sehingga maknanya tak lagi berharga seperti pada awalnya... Kata maaf hanya menjadi pelarian orang-orang yang melakukan kesalahan dari permasalahan secara semu dan pada akhirnya, ia lupa dan melakukan hal yang sama berulang-ulang kali...

Kata "TERIMA KASIH", kata yang lagi-lagi mempunyai sihir untuk mengatakan perasaan kita setelah kita mendapatkan bantuan, pertolongan, dan hal-hal lainnya dari orang lain ataupun Tuhan (walau yang satu ini sering disebut dengan bersyukur)... Hmm, kata ini sangatlah spesial, bisa diulang-ulang tanpa ada perubahan fungsi dan makna. Namun, apapun yang terlalu banyak itu tentu saja tidak pernah baik bukan?? Haha.... :D

Namun, sebenarnya secara pribadi, saya tidak terlalu mempermasalahkan kuantitas kata-kata ini dipergunakan dan dalam kondisi apa kata ini diucapkan, tapi lebih kepada bagaimana seseorang mengucapkan dan mengungkapkan isi hatinya secara bersamaan saat mengucap kata ini... Perasaan yang tulus akan tetap membuat dua kata ini berharga walaupun diulang-ulang ratusan kali dalam sehari.. Selain itu, kita tentunya harus menyadari makna terdasar dari kedua kata ini...

Kata MAAF akan mengajari kita untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama untuk kedua, ketiga, keempat... kalinya...
Kata TERIMA KASIH akan membuat kita menghargai orang lain yang ternyata mau mengulurkan tangannya untuk kita dan sembari mengingatkan bahwa kita pun sudah selayaknya seperti itu...

Jadi, MAAF bahwa saya bukanlah manusia sempurna, saya seringkali salah (baik sengaja ataupun tidak disengaja) dan TERIMA KASIH telah menjadi orang-orang yang berharga dalam hidup saya...

Sekali lagi, MAAF dan TERIMA KASIH...